Tangisi pemergian ramadhan

Demi cinta-Mu Ya Rabb, aku masih lagi bernafas, menghabis sisa-sisa kudrat di malam-malam terakhir. Malam yang menjadi rebutan sang kekasih, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Saat keriuhan dan kemeriahan insan-insan lain membuat persiapan, aku masih lagi di sini. Menghitung kembali dosa-dosa aku, dibayangi nafsu yang tidak pernah lekang, layakkah aku menyambut kemenangan? Kemenangan aidilfitri yang sepatutnya diraikan sang pencinta-Mu. Kejayaan yang sepatutnya dinikmati kekasih-kekasih-Mu.

Demi cinta-Mu Ya Rahman, aku mohon keampunan. Betapa aku tewas dalam dakapan dosa. Betapa aku lemah mengejar tawaran-Mu yang berharga. Saksikanlah wahai bintang-bintang, langit dan alam semesta yang patuh bertasbih, memalingkan mukaku yang penuh noda. Tidakkah aku belajar? Madrasah ramadhan benar-benar menguji. Berbuka seorang diri, menahan sakit derita.. Benarlah aku telah merasa. Sebahagiaan penderitaan orang yang berduka. Tiada kegembiraan terpancar di wajah mereka. Tarawikh terlepas begitu sahaja, layakkah aku menyambut hari kemenangan? Hari kembali kepada fitrah.

Ya Allah, Ya Rahim, dapatkah aku merasa manisnya ramadhan? atau Ramadhan berlalu pergi tanpa menyapa, meninggalkan aku terpinga-pinga. Hilang separuh tenaga dan nyawa. Apa yang mampu aku lakukan? duduk berteleku merasa sesal. Lantaran tidak terpilih menerima malam al-Qadr, bahkan tidak dapat merasa sayunya ditinggalkan. Ditinggalkan ramadhan yang tidak sudi menjeguk diri. Berkesempatan lagikah aku ketemu, di dalam lain waktu. Tangisilah pemergian ramadhan, raikan lebaran penuh kesyukuran.